Sembuh dari Derita Radang Sendi : Sumber : TRUBUS 439, Juni 2006
Dua belas tahun ia hidup di atas kursi roda. Osteoartritis alias radang sendi bagai memenjarakannya. Akibat penyakit itu,Wihardja Zain –begitu nama pria itu – tak mampu lagi berjalan. Jari tangan dan jari kaki membengkok dan dari sela-sela keluar cairan putih lengket seperti cat. Untuk mengurangi kejenuhan, ia lebih banyak membaca buku dalam rumah di Gegerkalong, kota Bandung.
Penyakit itu menyambangi Wihardia setelah kaki kanannya terkilir. la tak menduga kecelakaan itu berdampak dahsyat bagi tubuhnya. Ahli refleksiologi di Bandung yang didatangi menolak mengobati, lantaran jika direfleksi malah berdampak buruk. Anak ke-6 dari 10 bersaudara itu disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter.
Tak ada pilihan baginya selain memenuhi saran itu. Alangkah kagetnya Wihardja saat divonis dokter mengidap radang sendi kronis. Ia memang merasakan seluruh tubuhnya nyeri dibarengi demam tinggi. Alumnus Sekolah Tinggi Theologi Jakarta itu terpaksa menjalani rawat inap di sebuah rumah sakit di Jakarta. Asupan obat-obatan dari dokter bisa meredakan sendinya yang kaku dan linu saat kambuh. Namun, beberapa jam kemudian nyeri menusuk tulang kembali datang. Pada kondisi seperti itu, meronta pun tak dapat dilakukan
Kondisi memburuk
Selama 4 hari di rumah sakit. Wihardja tidak merasakan kesehatannya membaik. Oleh karena itu, ia memilih melakukan pengobatan di rumah. Obat-obatan rematik dibelinya di apotek meski tanpa resep dokter. “Dosisnya terserah saya,” katanya. Jika dosis sehari 3 kali satu sendok makan tak mampu mengubah kondisinya. ia menaikkan menjadi dua kali lipat. la pernah menenggak dosis hingga 3 kali lipat ketika rasa nyeri akibat radang tak kuat dibendung. Asupan obat-obatan kimia itu berlangsung hingga 14 tahun.
Pada usia 46 lahun, dampak konsumsi obat kimia mulai tampak. Ginjal dan jantungnya tak mampu memfilter zat toksik dalam darah. Stroke dan rematik pun scgcra hinggap di tubuhnya sehingga is kembali dirawat di rumah sakit. Kali ini, dalam 2 hari mendapat perawatan dokter, kondisi kesehatan Wihardja membaik.
Bicaranya yang semula agak pelo mulai normal. Meski ayah satu anak itu tidak bisa beraktivitas dan hanya berbaring di tempat tidur lantaran tidak bertenaga.
Bicaranya yang semula agak pelo mulai normal. Meski ayah satu anak itu tidak bisa beraktivitas dan hanya berbaring di tempat tidur lantaran tidak bertenaga.
Setahun di pembaringan menunggu kesembuhan. justru berdampak buruk bagi Wihardja. Organ-organ tubuhnya melemah, semakin sulit digerakkan. Satu per satu jari-jari tangan tak berfungsi. Awalnya ibu jari kaki kanan bengkok dan tak bisa dikembalikan ke posisi semula. berikutnya tulang beberapa jemarinya mencair bersama darah dan membentuk tonjolan daging mirip bisul. Lama ¬kelamaan, bengkak itu menghitam lantas mengeluarkan cairan putih susu dan lengket seperti cat.
Berkat gamat
Putus asa dengan obat -obatan kimia, Wihardja mencoba beralih ke obat-obatan herbal. Ia memanfaatkan antara lain sambiloto, mahkotadewa, dan daun murbay. Sayang, harapan kesembuhan bagai fatarmorgana. Di tengah kegalauan itu, Sudarti, istri Wihardja membaca artikel Trubus mengenai keampuhan gamat sebutan teripang di Malaysia- pada pengidap lupus sendi. Berharap terbebas dari derita sakit sendi, Wihardja menerima tawaran sang istri untuk minum gamat. Cairan bening agak kental itu diminum 3 kali sehari masing-masing 1 sendok makan.
Aneh luar biasa. “Baru satu sendok diminum, tangannya sudah bisa bergerak,” kata Sudarti. Padahal sudah 5 minggu jari jemari Wihardia tak bisa digerakkan. Tanda-tanda kesembuhan semakin tampak. Seminggu mengkonsumsi gamat, kakinya dapat dipijakkan di lantai. walau masih duduk di kursi roda. Kondisi Wihardja benar-benar pulih setelah rutin minum gamat selama 2 bulan. Kini pria murah senyum itu sudah bisa melakukan aktivitasnya mengetik sebagai penulis buku.
“Itu karena gamat tinggi kandungan kondroitin sulfat dan glukosamin,” kata Walter K.M.Yee, ahli nutrisi dari Malaysia. Kondroitin sulfat memacu pertumbuhan tulang baru, memperbaiki dan merawat tulang normal. Sedangkan glukosaminoglikan merupakan zat antithrombogenik pelancar peredaran darah yang menggumpal.
Pada 1992. studi klinis di Universitas Queensland, Australia, mengungkap gamat mengandung zat pembangun jaringan persendian yang rusak serta antipembengkakan. Sebab glukosamin dan kondroitin jumlahnya sedlikit pada pengidap radang sendi. Selain itu, gamat sumber utama vitamin A, B1, B2, B3, dan C, kalsium, besi, magnesium, dan seng yang berperan meregenerasi sel tubuh rusak dan penghadang gempuran penyakit.
“Itu karena gamat tinggi kandungan kondroitin sulfat dan glukosamin,” kata Walter K.M.Yee, ahli nutrisi dari Malaysia. Kondroitin sulfat memacu pertumbuhan tulang baru, memperbaiki dan merawat tulang normal. Sedangkan glukosaminoglikan merupakan zat antithrombogenik pelancar peredaran darah yang menggumpal.
Pada 1992. studi klinis di Universitas Queensland, Australia, mengungkap gamat mengandung zat pembangun jaringan persendian yang rusak serta antipembengkakan. Sebab glukosamin dan kondroitin jumlahnya sedlikit pada pengidap radang sendi. Selain itu, gamat sumber utama vitamin A, B1, B2, B3, dan C, kalsium, besi, magnesium, dan seng yang berperan meregenerasi sel tubuh rusak dan penghadang gempuran penyakit.
Tulang rusak
Menurut Edward H. Yelin PhD dari Medicine and Health Policy, University of California San Fransisco, osteoartritis disebabkan proses produksi, perawatan dan perbaikan tulang rawan di dalam sel terganggu. Tulang rawan merupakan lapisan penutup tulang pada persendian. la berisi kondrosit penghasil protein kondroitin sulfat dan keratin sulfat.
Jumlah protein kondroitin berkurang bila produksi kondrosit terhambat. Itu terjadi bila secara terus menerus asupan gizi makanan kurang, salah gerakan saat berolahraga, dan kecelakaan. Akibatnya tendon, ligamen, dan urat pada sendi menyatu sehingga persendian kaku dan linu.
Lama-kelamaan tulang rawan tak berfungsi, retak, dan timbul pengapuran. Itu terjadi di tulang leher, punggung, dan seluruh persendian. Penderita mengalami hilang keseimbangan dan sulit berjalan. Jika dibiarkan sampai bertahun-tahun, sendi melebar dan terrjadi kontraksi otot karena sel responsif berlebihan memproduksi leukotrien dan sitokina. Kedua zat itu berperan sebagai komponen pembengkakan. Gejalanya diawali kulit memerah dan menbengkak dan serta suhu tubuh meningkat.
Penyembuhan radang sendi biasanya menggunakan obat kimia berkarakterstik nonsteroid serta antipembengkakan yang disebut NSAIDs. Namun penelitian P.M Brooks, SR Potter. dan Buchanan pada 1980 yang dikutip Journal Rheutatol 9 mengungkap obat obatan seperti ibuprofen, piroxicam, diclonac, fernoprofen hanya meredam rasa sakit dalam jangka pendek. Sementara efek sampingnya cukup banyak seperti nyeri lambung dan pencernaan, bisul, sakit kepala, dan memacu perusakan sendi.
Wajarlah jika hasil penelitian gamat oleh Dr Mittchell Kurk, dircktur medis Biomedical Revitalization Center of Lawrence, New York disosialisasikan. Temuan Kurk menunjukkan gamat dapat meningkatkan kesehatan fisik bagi 70% pengidap radang sendi dan tanpa efek samping. Tak heran, Departemen Kesehatan Australia dan Selandia Baru telah mengizinkan pengobatan radang sendi dengan gamat.(Nina Fitriani). Info pemesanan hubungi 0816-1880660
0 komentar:
Posting Komentar